Selasa, 25 September 2012

_Trade-off antara logika dan perasaan_


Apa kalian pernah merasakan hal ini? Jika biasanya kita mengetahui istilah “trade-off” di buku ekonomi, maka hal ini bisa berlaku dalam kehidupan nyata yang lebih bersifat pribadi.

Trade-off bisa dikatakan suatu situasi di mana di satu sisi kita mendapatkan  sesuatu dan di sisi lain kita akan mengorbankan sesuatu.

Di antara logika dan perasaan bisa terjadi trade-off. Contohnya adalah ketika kalian melakukan sesuatu yang membuat perasaan kalian nyaman, sementara logikanya hal itu tidak menguntungkan. Mungkin bisa dikatakan suatu dilema. Untuk lebih praktisnya, kita contohkan dalam hal memberi bantuan. Jika seseorang meminjam uang pada kalian, dan ternyata sebenarnya tidak memungkinkan untuk meminjamkannya, lalu kalian pinjamkan, maka terjadilah trade-off. Perasaan kalian akan tenang karena berhasil membantu orang lain, tapi sesuai dengan logika, hal itu sama sekali tidak menguntungkan, malah merugikan karena kalian sebenarnya tidak “mampu” meminjamkannya, mungkin karena memang uang kalian yang tersisa sedikit, atau bisa juga karena kalian sudah mengetahui bahwa orang tersebut “tidak pernah” mengembalikan uang yang dipinjamnya. Atau malah sebaliknya: kalian bertindak sesuai logika (tidak meminjamkan uang), dan perasaan kalian tidak nyaman karena “segan”, merasa bersalah karena tidak dapat membantunya.

Hal ini berlaku juga untuk cinta. Pernahkah kalian mencintai orang yang pada kenyataannya akan “sulit” untuk menjalin hubungan dengannya? Contohnya, mungkin kalian mencintai seseorang yang berlokasi sangat jauh dari tempat tinggal kalian. Perempuan dan lelaki yang saling mencintai tapi jarak yang memisahkan. Jika kalian tetap berhubungan (mungkin itu disebut Long Distance Relationship) maka perasaan kalian akan nyaman, kalian akan bahagia, tapi sesuai dengan logika, sebenarnya menjalin hubungan jarak jauh itu adalah suatu hal yang sulit. Atau dalam istilah lain dan untuk segala kasus lainnya, secara perasaan itu”mungkin” tapi sesuai logika itu “tidak mungkin”; memenangkan perasaan, mengorbankan logika. Atau bisa malah sebaliknya, memenangkan logika, mengorbankan perasaan.

Tidak hanya ilustrasi di atas saja, tapi ada berbagai kasus lain trade-off antara logika dan perasaan. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mengatasi “trade-off” ini? Hmm,mungkin dengan cara pergeseran kurva trade-off.

Maaf..


Ternyata pagi adalah keindahan dunia
Aku tak pernah tahu akan hal itu…
Waktu tak pernah menoleh membangunkan ku…
Jika pagi datang, hingga aku bagai manusia yang baru
Mungkin kini perasaanku pun takkan menoleh
Perasaanku yang terlalu sabar menungguku menoleh padanya
Banyak suara menderu, bahkan kadang memaki
Mereka berkata lihatlah perasaanmu dan kata hatimu

Mungkin mereka berkata benar kala itu
Tapi mungkin aku tetap begini, entah sampai kapan
Karena mungkin sejak aku menatap bumi aku sudah ditakdirkan untuk membahagiakan sesama
Walaupun itu akan membuatku membusuk
Walaupun harus mengkhianati kata hatiku
Walaupun hidupku harus berakhir dengan sunyi

Maaf perasaan…
Aku mungkin harus selalu begini
Aku mungkin tak dapat membahagiakan mu
Tapi aku yakin akan berusaha membahagiakan mereka
Mungkin mereka yang telah menyakitkan hatiku dan kau sang perasaan…

Lelaki


Lelaki Biasa :
Masuk ke toilet, ternyata penuh, keluar lagi dan kencing di balik pohon.

Lelaki Gaul :
Selalu ikut temen-temennya ke toilet, walaupun dia tidak ingin buang air
kecil.

Lelaki Juling :
Mencuri-curi pandang lelaki di sebelahnya ketika sedang kencing.

Lelaki Pemalu :
Jika merasa dilihat atau dilirik orang lain, air kencingnya tidak keluar,
tapi pura-pura menyiram, keluar, lalu kembali lagi kemudian.

Lelaki Malu-maluin :
Kencing di celana.

Lelaki Suka Melamun :
Membuka kancing leher kemeja, mengeluarkan dasinya, lalu kencing di celana.

Lelaki Efisien :
Meskipun sudah waktunya kencing, tapi ditahan dulu sampai kebelet buang air
besar, baru kemudian melakukan keduanya dalam satu waktu yang sama.

Lelaki Pemabuk :
Jempol kiri dipegang dengan tangan kanan, lalu kencing di celana.

Lelaki Palsu :
Kencing di toilet cewek !

Lelaki Pelit :
Kalau buang air besar di WC Umum, ngakunya kencing ( biar bayar murah ).

Lelaki Edun :
Makai celana yang abis dikencingin.

Lelaki Sarap :
Pakai celana yang habis dikencingin, tapi dicium dulu, kali-kali aja baunya
sudah jadi bau duren..

Lelaki Kreatif :
Kalau kencing kakinya diangkat satu ...

Lelaki Irit :
Kagak pernah kencing seumur-umur.

Lelaki Nekad :
Suka ngencingi isteri tetangga.

Lelaki Funky :
Kencing di tempat umum.

Lelaki Sial :
Maunya kencing air, yang keluar malah batu.

Lelaki Enjoy :
Kencingnya sambil merem-melek.

Lelaki Hemat Waktu :
Cuma buka resleting, dikeluarin, terus langsung kencing.

Lelaki Moody :
Biasa pake pampers ...
Hehehe ...

Lelaki Kurang Ajar :
Lagi kencing ... eh kentut ... pura-pura cuek lagi !

Lelaki Buta Huruf :
Di urinoir sudah ada tulisan "RUSAK" ... eh ... masih dikencingin juga.

Lelaki Turunan Kucing :
Nggak bisa liat barang baru, diendus-endus, trus dikencingin.

Lelaki Sabar :
Nungguin air cebok gak keluar-keluar, manteeeng aja di urinoir.

Lelaki Hip-hop :
Kencing sambil kejang-kejang breakdance.

Lelaki Pembenci
Sesudah kencing trus ngeludahin kencingnya.

Lelaki Ramah :
Ngajak ngobrol sambil kencing, sampe temennya nggak bisa kencing.

Lelaki Percaya Diri :
Habis kencing, anunya dibawa jalan-jalan ke wastafel, trus cebok di
wastafel.

Lelaki Pelupa :
Sudah kencing, keluar toilet, buru-buru balik lagi, karena masih pingin
kencing beberapa tetes lagi.

Lelaki Dermawan :
Kencing di WC Umum, air kencingnya nggak keluar, tapi tetep bayar.

Lelaki Gaya :
Kencingnya sambil tangan yang satu tolak pinggang.

Lelaki Arogan :
Kencingnya sambil tangan dua-duanya tolak pinggang.

Lelaki Komunikatif :
Kencing sambil ketik SMS.

Lelaki Sibuk :
Selalu nunggu sampe kebelet bangeeet ..., trus terbirit-birit ke toilet.

Lelaki Belum Dewasa :
Kencingnya belum bisa lempeng.

Lelaki Romantis :
Kencingnya sambil mendesah ahh

Lelaki Kurang Kerjaan:
Orang yang baca postingan ini ampe habis :p
KAPAN ALLAH ADA
Atheis : Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah : Allah berfirman: 'Dia [Allah] tidak melahirkan & tidak dilahirkan.
Atheis : Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu
Atheis : Kami mohon diberi contoh yang lebih jelas dari kenyataan!
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka empat?

Atheis : Angka tiga.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis : Angka dua.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis : Angka satu.
Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis : Tidak ada angka [nol].
Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahulinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya?

MAKSUD ALLAH MENGHADAPKAN WAJAH
Atheis : Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah : Kalau kalian membawa lampu digelap malam, kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis : Keseluruh penjuru.
Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala, nur cahaya langit dan bumi.

ZAT ALLAH
Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah : Pernahkan kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis : Ya, pernah.
Abu Hanifah : Semula ia berbicara dengan kalian dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba- tiba diam tak bergerak. Nah apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya
Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada disana?
Atheis : Ya, masih ada.
Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seprti gas?
Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.
Abu Hanifah : Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta'ala?!!

DIMANA ALLAH
Atheis : Dimana kira'kira Robbmu berada?
Abu Hanifah : Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau didalam susu itu terdapat zat minyaknya [lemak]?
Atheis : Tentu
Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku dimana adanya zat minyak itu?
Atheis : Membaur dalam seluruh bagiannya
Abu Hanifah : Kalau minyak yang makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta'ala?!

TAKDIR ALLAH
Atheis : Kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, lalu apa kegiatan Robbmu kini?
Abu Hanifah : Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan.
Atheis : Kalau ada orang masuk ke surga itu ada awalnya,kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di surga kekal selamanya?
Abu Hanifah : Hitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.
Atheis : Bagaimana kita bisa makan dan minum di surga tanpa buang air kecil & besar?
Abu Hanifah : Kalian sudah mempraktekkanya ketika kalian ada di perut ibu kalian. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.
Atheis : Bagaimana kebaikan surga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dengan dinafkahkan?
Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan ilmu kita semakin berkembang dan tidak berkurang.

_Teacher NON-MUSLIM asked the students MUSLIM_

Teacher : Can you see Allah?
Class : No.
Teacher : Can you touch Allah?
... ... Class : No
Teacher : Then there isn't Allah!

*Student raises their hand and says*

Student : Sir, can you see your brain?
Teacher : No.
Student : Can you touch your brain?
Teacher : No.
Student : Oh okay, so you don't have a brain?

SHARE this at your Blog if you Love & Believe in Allah. Put this on your Blog if you're not embarrassed to tell others that you believe in Allah :)

credit to: Izzati Zatie

You never know how close you are..
Never give up on your dreams!♥
Share if you agree.

你永远不会知道你离目标还有多远,
可是,请不要轻易的放弃,要加油 坚持到底,
只要你相信不放弃,有一天 你会成功的~


 
Ada sebuah keluarga PNS sederhana. Bapaknya kerja di pemda urusan perijinan, istrinya ibu rumah tangga biasa. Seumur-umur, 40 tahun bekerja sebagai PNS, tidak sekalipun minta uang, menyulitkan orang lain. Justru sebaliknya bekerja tepat waktu, selalu berusaha memenuhi janji, memudahkan orang lain, takut sekali telah mengambil hak orang lain.

Saat tua, masa-masa muda yang penuh kesempatan berlalu begitu
saja, 40 tahun bekerja, apa yang dia dapat? Hasilnya ya begitu-begitu saja. Rumah type 36, motor tua sering ngadat, tabungan tak ada, hanya uang pensiun. Masa' orang jujur dan 100% waktunya jadi PNS bisa punya mobil.

Tetapi hidup ini tidak pernah tertukar, Kawan. Satu mili pun tidak. Anak mereka, 6 orang, semua berhasil. Lulusan luar negeri, memiliki profesi baik, punya keluarga baik, cucu-cucu yang pintar, cantik, tampan, ilmu agama mumpuni, saleh, hidup berkecukupan, 6 orang anaknya sukses. Semua kejujuran, kemudahan dan pertolongan yang diberikan bapak PNS ini mantul, membal, kembali kepada anak-anaknya. Si sulung ingin daftar S1, banyak sekali yang bantu, anak nomor 2 ingin memulai bisnis, tidak terhitung kemudahan terbuka. Bahkan urusan sepele, saat anak-anak mereka masih kecil, dan jatuh sakit, meski hidup sederhana, semua pintu pertolongan seperti terbuka begitu saja. Menakjubkan. Dan itu baru di dunia, kita tidak tahu, akan seberapa besar membal, mantul, kembalinya semua kebaikan bapak PNS ini kelak di akherat kepadanya.

Nah, begitu pula sebaliknya dengan semua keburukan. Hidup ini tidak pernah tertukar. Jadi mari direnungkan, dicamkan, diyakini. Tidak perlu dikomen panjang lebar. Silahkan share kemana2, kemana2, jika merasa ada manfaatnya.

**nasehat khatib tarawih--sy re-write beberapa bagian, agar lebih kontekstual.

Kamis, 20 September 2012

Ngarot


Mendeskripsikan video "Ngarot" yang dikasih Prof. Iyus Rusliana, SST. Harusnya sambil dicantum juga nih videonya tapi ntar lah ya..koneksinya masih jelek..haaaha
 
Ngarot adalah sebuah produk budaya yang dihasilkan oleh masyarakat desa Lelea, sebuah desa yang anggota masyarakatnya merupakan warga pesisir. Hal tersebut terlihat dari dialek dan beberapa panganan ciri khas masyarakat yang tinggal di dekat laut. Hihid dalam bahasa Sunda yang merupakan alat untuk mengibas udara menjadi indikator bahwa di tempat tersebut cuacanya panas, layaknya cuaca siang hari di laut nusantara pada umumnya. Masyarakat agraris yang bermatapencaharian sebagai petani maupun nelayan mempunyai cara tersendiri dalam mengekpresikan suatu bentuk rasa syukur dan gotong royong mereka dalam sebuah produk budaya atau kesenian, salah satunya yakni budaya ngarot. Berikut sekilas mengenai deskripsi budaya ngarot di desa Lelea.
Di dalam video yang disajikan dalam proses budaya ngarot, di sana terdapat pasar yang menyajikan panganan yang terbuat dari olahan buah, hasil pertanian, tepung, dan sebagainya. Makanan tersebut tentunya dihasilkan oleh masyarakat yang bercirikan masyarakat agraris. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tentunya perubahan yang terdapat dalam perilaku maupun perwujudan budaya masyarakat desa Lelea mengalami banyak perubahan dan dipengaruhi oleh berbagai unsur-unsur tertentu. Baik makanan, agama, kesenian, serta unsur budaya lainnya pun akan senantiasa bergerak secara dinamis, di mana pun budaya itu tumbuh.
Sinkretisme kerap terjadi dan mewujud dalam berbagai bentuk budaya serta kesenian di nusantara, termasuk juga di dalam budaya ngarot. Islam sebagai agama baru di nusantara namun menjadi agama dengan jumlah populasi paling besar, kini sangat mempengaruhi perkembangan kebudayaan maupun kesenian di nusantara. Sinkretisme yang terjadi dalam ngarot merupakan perpaduan antara keyakinan animisme dan Islam, salah satu wujudnya terdapat dalam helaran yang singgah di sebuah mesjid sebelum ke kantor desa. Dan di sisi lain, terdapatnya sesajen yang digantung, sesajen merupakan perwujudan dari keyakinan masyarakat pendukung kebudayaan tersebut, namun dalam Islam hal tersebut sebenarnya dilarang. Sepertinya tolak bala dan rasa syukur terhadap alam menjadi sumber atau landasan, mengapa sesajen tersebut tetap ada di tengah-tengah agama Islam yang dianut oleh masyarakat desa tersebut.
Fungsi dari musik yang disajikan dalam ngarot terdiri dari dualitas yang menjadi penyajian sebuah paradok pada waktu yang bersamaan. Di satu sisi, musik dihadirkan semata-mata hanya untuk hiburan, dan di sisi lainnya musik disajikan untuk proses upacara ritual, kedua-duanya disajikan dalam tempat yang berdekatan dan dalam waktu yang serempak. Dari hal tersebut dapat diperkirakan bahwa masyarakat tersebut memiliki keyakinan terhadap hadirnya arwah leluhur maupun hanya sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur ketika musik yang disertai dengan tarian tersebut disajikan dengan sakral dan mistis. Tempo yang disajikan dalam musik tersebut awalnya cepat, lama-kelamaan melambat, repetisi secara terus menerus mampu membawa penari yang menari dalam upacara tersebut seperti memasuki wilayah trance. Sepertinya masyarakat desa tersebut meyakini bahwa ada makhluk lain selain manusia yang mengikuti helaran acara ngarot tersebut. Penari laki-laki berada di arena yang sakral, dan sebaliknya penari perempuan menari di arena hiburan, disertai oleh laki-laki yang memberikan saweran. Begitu menarik dan kontras memang, menjadi perkawinan dualitas yang menjadi paradok menakjubkan dalam suatu kebudayaan.
Pada intinya, hampir semua upacara ritual yang dilaksanakan di nusantara merupakan sarana untuk bersilaturahmi dan gotong-royong. Baik itu secara nyata maupun sebagai sarana ibadah dalam menjalankan suatu keyakinan. Dari mulai persiapan upacara, hiburan dan segala hal yang terdapat dalam ngarot, semuanya dilakukan secara gotong royong, hingga acara tersebut dilaksanakan, semua elemen dan semua warga desa tersebut ikut terlibat. Hal demikian mencerminkan cermin silaturahmi yang begitu kuat.
Terdapat banyak sekali simbol yang dihadirkan dalam acara ngarot. Hampir semua simbol tersebut merupakan refleksi dari hasil bumi maupun kehidupan ini secara utuh. Baik itu dari warna yang kontras, dandanan yang eksotis, serta ornamen bunga-bunga yang dipakai oleh beberapa perempuan yang mengikuti helaran tersebut. Ada beberapa materi yang diberikan oleh kepala desa kepada beberapa orang warga dalam upacara ngarot sebagai wujud penghargaan berupa air dalam botol yang diletakan di dalam gerabah, beras, cangkul, bibit tanaman, gula, dan lain-lain.
Setelah melihat penayangan video  penyajian upacara ngarot, maka  saya  merasa  masih  banyak  hal  lain  yang  perlu  diketahui  mengenai kesenian ngarot.  Selain  itu  saya  berharap  agar  kesenian  ngarot  yang  masih kurang  dikenal  dapat  lebih  diangkat  dan  dipublikasikan  di  tengah  kehidupan masyarakat  luas.  Karena  kesenian ngarot  merupakan  salah  satu  warisan  leluhur yang bersifat turun temurun. Sehingga kewajiban kita sebagai generasi muda dan generasi  penerus  bangsa  adalah  senantiasa  menjaga  dan  melestarikan  kesenian tradisional sebagai kekayaan negara.

Selasa, 18 September 2012


Mandela di penjara selama 18 tahun oleh lawan politiknya, ia dituduh dengan dakwaan palsu dan penuh rekayasa.
Ketika Mandela keluar dari penjara dan kemudian berhasil menjadi presiden Afsel, dia tidak dikuasai kebencian dan niat untuk balas dendam terhadap lawan-lawan politiknya yang dulu memenjarakannya. Mandela bahkan menolak usul dari panglima tentaranya untuk menangkap lawan-lawan politiknya. Mandela mengajarkan bagaimana membalas kejahatan dengan kebaikan dan kebencian dengan kasih.

Apa yang kita lakukan ketika kita sudah begitu dilukai oleh seseorang dan kini kita memiliki kesempatan untuk balas dendam? Mampukah kita mengampuni? Seberapa luas dan lapang ukuran hati kita?

Jika kita ingin menjadi besar, kita harus memiliki hati dan jiwa yang besar. Ini ditunjukkan melalui sikap kita yang mau mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita.

Paul Boose berkata dengan sangat bijak mengenai pengampunan:”Memaafkan memang tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, namun akan melapangkan jalan kita ke masa depan.”

Kebencian dan sikap tidak mau mengampuni, sebenarnya sedang menutup jalan untuk masa depan kita sendiri, dan menutup pintu berkat kita. Ketika kita mengampuni, kita sedang membuka jalan yang lapang untuk masa depan kita dan terutama sedang membuka keran pengampunan dari Tuhan atas segala dosa dan kesalahan kita sendiri.

Orang yang paling diuntungkan ketika kita mengampuni adalah diri kita sendiri, bukan orang yang kita ampuni tersebut.

“Pengampunan adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada diri kita sendiri..”

Jadilah seperti pohon mangga yang tumbuh subur dan berbuah banyak dipinggir jalan raya, walau dilempar dengan batu tapi dibalas dengan buah.

Senin, 10 September 2012

KESENIAN HADRO PANCA MUSTIKA


       A.        Latar Belakang
Jawa Barat adalah salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan kesenian tradisional,  kurang  lebih  terdapat  65  macam  kesenian  tradisional  yang  masih hidup  dan  berkembang  di  Jawa  Barat.  Dari  sekian  banyak  kesenian  tradisional yang ada di Jawa Barat tersebut, pada umumnya tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan lingkungan sosial budaya masyarakat sekitarnya, salah satu contohnya seperti kesenian tradisional Hadro.
Hadro  adalah  salah  satu  kesenian  tradisional  yang  tumbuh  dan berkembang  di  Desa  Bojong  Kecamatan  Bungbulang  Kabupaten  Garut. Masyarakat  Desa  Bojong  boleh  berbangga  hati  karena  meskipun  keseniaannya berada  pada  kondisi  yang  kurang  menguntungkan,  tapi  kesenian  Hadro  di  Desa Bojong  tetap  tegar,  perkasa  dan  memperlihatkan  kemandirian.  Kesenian  Hadro sudah  hidup  sejak  puluhan  tahun  lalu  sebagai  warisan  dari  para  leluhur  yang sekarang masih tetap terjaga.
Lahir  dan  berkembangnya  kesenian  Hadro  tidak  lepas  dari  tumbuh  dan berkembangnya  syiar  agama  Islam.  Orang  yang  pertama  kali  memperkenalkan kesenian  Hadro  ini  adalah  seorang  Kyai  Haji  Ahmad  Sayuti,  Pak  Sura  dan  Pak Sastra  yang  berasal  dari  Kampung  Tanjung  Singuru  Kecamatan  Samarang Kabupaten  Garut  pada  tahun  1917.  Pada  awalnya  kesenian  Hadro  hanya  sebatas lingkungan pesantren saja. Bagi para santri hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang  harus  dilakukan  setelah  mereka  mendapatkan  ilmu  tentang  agama  Islam. Kegiatan  tersebut  bertujuan  untuk  lebih  percaya  serta  mensyukuri  atas  nikmat yang  diberikan  oleh  Sang  Maha  Pencipta-Nya.  (Hasanudin,  wawancara  Januari 2010).
Mereka  pun  belajar  ayat-ayat  Al-Qur’an  dari  kitab  Al-Barjanji,  yang dipakai  dalam  kesenian  Hadro  untuk  melantunkan  pujian-pujian  yang  isinya mengagungkan  Allah  SWT  dengan  segala  ciptaan-Nya.  Dengan  keuletan  KH. Ahmad  Sayuti  dan  Pak  Sura  dalam  menarik  perhatian  masyarakat  agar  berminat  dan  berkeinginan  untuk  mempelajari  Bahasa  Arab  sebagai  permulaan  memeluk agama  Islam,  maka  dilakukannya  dengan  media  kesenian  yaitu  kesenian  Hadro yang di dalamnya membahas komunikasi dengan menggunakan kata-kata Bahasa Arab (Hasanudin, wawancara Januari 2010).
Apabila  melihat  pendapat  di  atas,  sebagai  perwujudan  gagasan  KH. Ahmad  Sayuti  dan  Pak  Sura,  maka  kesenian  Hadro  lah  yang  dijadikan  sebagai media  syiar  agama  Islam  untuk  bisa  diterima  oleh  masyarakatnya.  Dengan demikian  mereka  akan  bisa  melihat,  mendengar  dan  merasakan  kesenian  Hadro tersebut,  sehingga  mereka  tertarik  untuk  mempelajari  agama  Islam.  Secara  tidak langsung  juga  dengan  adanya  kesenian  Hadro    untuk  taat  terhadap  ajaran  agama berdasarkan kaidah agama Islam.
Hadro adalah satu jenis kesenian tradisional yang dipadukan dengan seni bela  diri  sebagai  kebanggaan  masyarakat  Desa  Bojong.  Kesenian  tradisional Hadro  senantiasa  tampil  dalam  setiap  kesempatan,  baik  pada  upacara  hari  besar  Nasional    maupun  acara-acara  penting  di  tingkat  desa,  kecamatan,  kabupaten bahkan  tingkat  provinsi.  Di  samping  itu  ditampilkan  pula  dalam  acara perkawinan,  khitanan,  pesta  adat  menyambut  datang  panen  dan  dalam  acara keagamaan  seperti  dalam  rangka  memperingati  Maulud  Nabi  Muhammad  SAW yang disebut Muludan, Rajaban dan dalam acara keagamaan lainnya.
Kesenian  tradisional  Hadro  pada  acara  Muludan  sangat  menarik  apabila diamati dan ditelusuri secara lebih jelas. Karena kesenian Hadro menyajikan lirik-lirik  indah  bernafaskan  pujian  kepada  Tuhan,  dan  sajak-sajak  indah  sebagai  satu tanda  rasa  cinta  kasih  kepada  Rasulullah  SAW.  Lagu-lagu  pada  kesenian  Hadro memiliki urutan penyajian yang baku begitu pula dengan pola tabuhnya. Kesenian Hadro juga menampilkan gerak dan gaya yang harmonis dalam penyajiannya.
Kesenian tradisional Hadro mengandung berbagai kesan bagi masyarakat Desa  Bojong.  Jadi  sayang  sekali  bila  kesenian  Hadro  diabaikan  tanpa  ada kelanjutan  dan  perkembangan.  Karena  mungkin  suatu  saat  akan  terlupakan  dari masyarakat  setempat  maupun  dari  pihak  yang  peduli  terhadap  kesenian  tersebut. Oleh karena itu, penelitian Hadro layak dilakukan untuk melestarikan kebudayaan tersebut.
      B.     Tinjauan Teoritis tentang Kesenian Hadro
      1.      Kesenian Tradisional
Kesenian  merupakan  salah  satu  unsur  kebudayaan  yang  terbentuk  dari hasil  kreativitas  dan  inovasi  masyarakat  dan  lingkungannya.  Kesenian  tersebut kemudian  diwujudkan  ke  dalam  berbagai  bentuk  dan  raga,  baik  tradisional maupun non tradisional atau kreasi baru.
Kesenian  tradisional  lahir  dari  budaya  masyarakat  terdahulu  di  suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh generasi penerusnya. Seperti diungkapkan oleh Yoeti (1985:2) bahwa: “Seni budaya tradisional adalah seni budaya yang sejak lama turun temurun telah hidup dan  berkembang  pada  suatu  daerah  tertentu.”  Penjelasan  tersebut  menunjukan bahwa  yang  menjadi  ciri  kesenian  tradisional  adalah  adanya  sistem  pewarisan yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Mengenai  kesenian  tradisional  Kosim  dalam  Masunah  (1985:131) mengungkapkan bahwa:
“Kesenian tradisional adalah satu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta  telah  dirasakan  sebagian  milik  sendiri  oleh  masyarakat  dan lingkungannya. Pengolahannya berdasarkan cita rasa masyarakat pendukungnya.  Cita  rasa  disini  mempunyai  pengertian  yang  luas,  termasuk nilai  kehidupan  tradisi  pandangan  hidup,  pendekatan  falsafah,  rasa  etis  dan estetis serta ungkapan budaya lingkungan, hasil kesenian tradisional biasanya diterima  sebagai  tradisi  pewarisan  yang  dilimpahkan  dari  angkatan  tua  ke angkatan muda.”

Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  kesenian  tradisional merupakan  salah  satu  seni  budaya  yang  lahir  dari  kebudayaan  masyarakat sebelumnya,  yang  berkembang  terus-menerus  sehingga  kesenian  tradisional tersebut  kemudian  diwariskan  secara  turun  temurun  dari  generasi  ke  generasi berikutnya dan dengan adanya proses kreasi yang terus menerus agar kesenian ini dapat tetap lestari, tetapi tidak mengubah keaslian dari seni tradisional tersebut.
      2.      Kesenian Tradisional Hadro
Kesenian  tradisional  pada  umumnya  tumbuh  dan  berkembang  sejalan dengan  perkembangan  lingkungan  sosial  budaya  masyarakat  sekitarnya. Berdasarkan  pada  uraian  tersebut,  di  Desa  Bojong  Kecamatan  Bungbulang Kabupaten  Garut  terdapat  satu  jenis  kesenian  tradisional  yang  sampai  sekarang masih  tetap  terjaga  kelestariannya.  Kesenian  tradisional  tersebut  adalah  kesenian tradisional Hadro.
Kesenian  tradisional  Hadro  tersebut  sudah  hidup  sejak  puluhan  tahun, sebagai  warisan  dari  para  leluhur.  Sebagai  data  otentik  tentang  hal  ini  dapat dibuktikan  melalui  cerita  dari  para  tokoh  kesenian  tersebut.  Pada  hakekatnya setiap  peregenerasian  atau  pelestarian  kesenian  Hadro  dilakukan  secara  turun temurun  dengan  budaya  lisan,  tanpa  adanya  pengembangan  seni  secara  kualitas. (Hasanudin, wawancara Januari 2010)
Menurut  pendapat  umum Hadro  adalah  jenis  kesenian  tradisional. Sedangkan  menurut  Kamus  Umum  Bahasa  Sunda  ”Hadro          nyaeta  ngaran tatabeuhan nu diwangun ku terebang opat jeung kendang hiji” (LBSS, 1981:159). Terjemahannya  Hadro  adalah  nama  alat  musik  yang  terdiri  dari  empat  buah terebang  dan  satu  buah  kendang.  Istilah  Hadro  berasal  dari  bahasa  Arab  yaitu ”Hadrah  yang  artinya  hadir. Maksudnya  mendekatkan  diri  kepada  Allah  SWT dan  Nabi  Muhammad saw  dengan  menggunakan  media  kesenian Hadro. (Hasanudin, wawancara Januari 2010)
Menurut  Bapak  Hasanudin  (Ketua  Grup  Kesenian  Hadro  Panca  Mustika Desa Bojong) Hadro artinya hadir. Hadir di sini maksudnya dalam diri seseorang  harus  hadir  rasa  cinta  dan  keyakinan  terhadap  Allah  SWT  dan  Nabi  Muhammad saw  sebagai  Rasul-Nya.  Oleh  sebab  itu,  dengan  sering  hadirnya  lagu-lagu  yang berisikan  ajaran  agama  Islam  dan  keteladanan  Nabi  Muhamad  saw  dalam pertunjukan  kesenian  Hadro,  diharapkan  lambat  laun  apresiator  memahami  dan mengerti  tentang  ajaran  agama  Islam.  (Bapak  Hasanudin,  wawancara  Januari  2010)
Pengertian  Hadro  dalam  penelitian  ini  lebih  terarah  pada  pengertian  yang pertama,  yaitu  nama  salah  satu  jenis  kesenian  tradisional.  Jadi  yang  dimaksud dengan  kesenian  Hadro  dalam  penelitian  ini  adalah  jenis  kesenian  tradisional yang  terbentuk  atas  empat  buah  terebang,  satu  buah  bajidor,  dan  satu  buah terompet yang dalam penyajiannya waditera tersebut digunakan untuk mengiringi tarian dan lagu-lagu berbahasa Arab yang diambil dari Kitab Al-Barjanji.

      3.      Kesenian Hadro Pada Masyarakat Desa Bojong
Setiap  kesenian  yang  berada  di  tengah  masyarakat,  baik  tradisional maupun  non  tradisional  memiliki  peranan  yang  sangat  penting  bagi  masyarakat pendukungnya.  Dengan  kata  lain  dapat  dikatakan  bahwa  kehadiran  kesenian  di tengah-tengah  para  pendukungnya  memiliki  arti  penting  bagi  kehidupannya sehari-hari.  Tidak  mungkin  suatu  bentuk  kesenian  itu  ada  di  tengah-tengah masyarakat tanpa memiliki peranan yang penting bagi masyarakatnya.
Berkenaan  dengan  peranan  kesenian  tersebut  di  atas,  peneliti  akan mencoba memaparkan tentang peranan dari kesenian Hadro bagi masyarakat Desa Bojong  Kecamatan  Bungbulang  Kabupaten  Garut.  Pada  saat  sekarang  kesenian Hadro  memiliki  dua  peranan  bagi  masyarakatnya  yaitu  sebagai  sarana  upacara keagamaan dan sebagai sarana hiburan.

a.   Kesenian Hadro sebagai Sarana Upacara Keagamaan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa  Hadro adalah bentuk kesenian tradisional  yang hidup dan berkembang di tatar Jawa Barat dimana penyajiannya didukung  dengan  empat  buah instrumen  terebang,  satu  buah  bajidor  dan  satu buah  tarompet  sebagai  pelengkap  serta  menggunakan  syair-syair  berbahasa  Arab yang diambil dari Kitab Al-Barjanji.
Dari  berbagai  syair  yang  diucapkan  oleh  para  penyanyi  dan  disajikan dalam bahasa Arab, maka kita bisa mengambil suatu kesimpulan bahwa kesenian Hadro merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang bernafaskan Islam.
Pada  umumnya,  kehadiran  kesenian  tradisional  yang  bernafaskan  Islam memiliki  peranan  sebagai  media  upacara  bagi  masyarakat  pendukungnya. Berkaitan  dengan  kegiatan  upacara  keagamaan  yang  menggunakan  media kesenian  tradisional  Islami  tersebut  DH.  Nurendah  Hamiddi  Madja  (1996:52) menyatakan bahwa: ”Salah satu fungsi kesenian, yang merupakan salah satu unsur kebudayaan,  ialah  meningkatkan  dan  mengembangkan  nilai  spiritual,  etis,  dan estetika  pada  diri  manusia  sebagai  makhluk  ciptaan-Nya  yang  tertinggi derajatnya”.
Berdasarkan pendapat  yang dikemukakan  oleh Nurendah Hamiddi Madja di  atas,  peneliti  berpendapat  bahwa:  meningkatkan  dan  mengembangkan  nilai spiritual  yang  dimaksudkan  adalah  kegiatan-kegiatan  yang  dilakukan  untuk mempertebal  keyakinan  atau  keimanan  seseorang  terhadap  Allah  SWT  dan  Nabi Muhammad saw sebagai Rasul-Nya. Tentu saja upaya yang dilakukan itu dengan menggunakan media kesenian.
Berbicara  tentang  fungsi  kesenian  tradisional  sebagai  media  upacara. Kesenian            Hadro  acapkali  disajikan  atau  dipergelarkan  pada  acara  40  hari kelahiran  bayi  (mahinum)  yang  dimaksudkan  sebagai  kegiatan  syukuran  atau nikmat yang diberikan oleh Allah SWT karena dikaruniai seorang anak. Kegiatan lainnya seperti upacara peringatan Maulid Nabi.
Dari  kegiatan  upacara  yang  dilakukan  oleh  para  pendukung  kesenian tradisional  Hadro  diharapkan  para  pendukungnya  dapat  menyimak  dengan  baik makna-makna  syair  yang  terkandung  di  dalamnya,  sehingga  dapat  mempertebal keimanan para pendukungnya dan pemainnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b.         Kesenian Hadro sebagai Sarana Hiburan
Selain  berperan  sebagai  sarana  upacara  seperti  yang  telah  dipaparkan  di atas, banyak pula kesenian  yang memiliki peranan yang lain yaitu sebagai media hiburan.  Dalam  hal  ini  DH.  Nurendah  Hammidi  Madja  (1996:55)  mengatakan bahwa:  “Tidak  sedikit  seni  bernafaskan  Islami  yang  condong  serta  didominasi oleh sifat hiburan tinimbang sebagai media komunikasi dalam rangka pengemban amanat meneruskan dakwah Islamiyah”.
Seperti  yang  diungkapkan  oleh  Nurendah  Hammidi  Madja  pada penjelasannya  di  atas,  memang  tidak  sedikit  seni-seni  yang  bersifat  Islami condong  pada  sifat  hiburan.  Namun  demikian  menurut  penulis  kalaupun  lebih condong  pada  unsur  hiburannya,  sifat-sifat  dakwahnya  pun  masih  tetap  tampak pada pada untaian kata-kata yang dijadikan syairnya.
Berbicara  tentang  kesenian  Islam  yang  bersifat  hiburan,  maka  Hadro sebagai  salah  satu  kesenian  tradisional  Jawa  Barat  yang  bernuansa  Islami,  juga memiliki peranan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Hal ini dapat  kita  lihat  pada  pergelaran-pergelarannya  yang  bisa  dipertunjukkan  pada acara-acara pernikahan, khitanan, dan acara syukuran lainnya yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya.
      4.      Perkembangan Kesenian Hadro di Desa Bojong
Berbicara  mengenai  perkembangan  kesenian  tradisional,  Soepandi membaginya ke dalam dua, yakni sebagai berikut:
“Perkembangan yang bersifat vertikal dan horizontal. Perkembangan yang bersifat horizontal, artinya perkembangan yang sifatnya memperluas daerah penyebaran,  memperbesar  frekuensi  pementasan,  dan  memperbanyak reportoar  lagu.  Sedangkan  yang  dimaksud  dengan  perkembangan  yang bersifat  vertikal  artinya  perkembangan  yang  sifatnya  meningkatkan  mutu kesenian tersebut”.


Dari  pernyataan  di  atas,  seperti  yang  dialami  oleh  kesenian  tradisional lainnya.  Kesenian Hadro  pun  mengalami  perkembangan.  Kesenian  Hadro  mengalami perkembangan yang bersifat horizontal karena dalam kesenian  Hadro tersebut  terdapat  perkembangan  fungsi  dan  peranan,  juga  memperbanyak pembendaharaan materi sajian (teknik pertunjukan) tanpa merubah nilai yang ada di dalamnya.
Pada  mulanya  kesenian  Hadro  hanya  disajikan  atau  dipergelarkan  pada acara  Maulid  Nabi  Muhammad  saw  dan  pada  acara  40  hari  kelahiran  bayi (mahinum). Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian Hadro dipergunakan pula pada  kegiatan  sosial  lainnya  seperti  telah  dikemukakan  di  atas  yaitu  diantaranya dalam  acara  khitanan,  pernikahan,  dan  acara  HUT  Kemerdekaan  Republik Indonesia.  Hal  ini  menunjukan  bahwa  perkembangan  fungsi  dalam  kesenian Hadro terjadi pada perkembangan fungsi sosialnya.
Seiring  dengan  kemajuan  di  berbagai  bidang  baik  teknologi,  komunikasi maupun  yang  lainnya  tentu  sangat  berpengaruh  pada  seni  kehidupan  manusia, yang  berarti  berpengaruh  pula  terhadap  perkembangan  seni  budaya  kita.  Dalam hal ini seorang pakar seni pertunjukan mengatakan bahwa:

“Ketika  modernisasi  atau  westernisasi  berlanjut,  ritual  pun  mengalami transpormasi  bentuk  dan  fungsi:  pilihan  seperti  obat-obatan  atau  peralatan modern  diperkenalkan  menggantikan  ritual,  atau  bahkan  mungkin menghilangkannya.  Orang  luar  yang  tidak  memiliki  latar  belakang  budaya yang  sama  dapat  mulai  mengembangkan  ritual  sebagai  tontonan  atau petunjuk  sambil mengesampingkan  fungsi  orisinalnya.”  (Shimeda  Takashi, 1997: 115)


Apabila  kita  simak  ungkapan  tersebut  di  atas,  kemudian  kita  kaitkan dengan  keadaan  masyarakat  sekarang,  khususnya  masyarakat  Desa  Bojong Kecamatan  Bungbulang  Kabupaten  Garut,  kita  dapat  melihat  betapa  besar pengaruh  modernisasi  terhadap  kehidupan  masyarakat  terutama  pada  sektor budaya  yang  ada.  Hal  ini  dapat  kita  lihat  pola  kehidupan  masyarakat  sehari-hari dari  mulai  kebutuhan  pakaian,  perabot  rumah  tangga  hingga  unsur  kepercayaan yang  mereka  anut,  jelas  mengalami  perubahan  bila  dibandingkan  dengan  masa-masa sebelumnya.
Proses  perkembangan  kesenian Hadro  di  Desa  Bojong  Kecamatan Bungbulang  Kabupaten  Garut  sangat  ditentukan  oleh  masyarakat  sebagai penyangga kesenian tersebut. Hidup dan matinya kesenian  Hadro tergantung dari masyarakatnya,  dalam  arti  ada  regenerasi  sebelumnya.  Hal  ini  sesuai  dengan pendapat Nugroho Susanto, bahwa “kebudayaan (kesenian) tidak pernah berakhir, kalau  dianggap  suatu  bangunan  di  tengah-tengah  alam  yang  harus  didirikan  oleh semua secara estafet”.
Begitu pula dengan keberadaan kesenian Hadro, setelah generasi terdahulu menghilang akan diteruskan oleh generasi selanjutnya. Antara  generasi terdahulu dengan  generasi  sekarang  tentunya  mengalami  perubahan,  dan  perkembangan yang  harus  disesuaikan  dengan  jamannya  agar  kesenian  tersebut  dapat  bertahan kelestariannya.
Perubahan  dan  tata  nilai  dalam  kehidupan  masyarakat  memiliki  unsur potensi  dan  motivasi  dalam  menghasilkan  perubahan  yang  dinamik.  Secara  garis besar perubahan itu menjadi bagian yang menyeluruh dalam kehidupan masyarkat seperti halnya masyarakat Desa Bojong Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut yang semakin berubah baik tata nilai sosial dan yang lainnya. Sebagai perubahan yang  wajar,  karena  semakin  berkembang  fungsinya  semakin  berkembang  pula peradaban  manusianya.  Kenyataan  ini  terbukti  pada  peresmian  Pameran Pembangunan dan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-48 di  Bandung,  kesenian  Hadro  diminta  untuk  pertunjukan  lalu  diundang  untuk dipertunjukan di dalam pembukaan HUT Kota Garut, dan pada acara-acara besar Nasional  serta  peristiwa  penting  yang  diselenggarakan  oleh  instansi  pemerintah Kabupaten Garut dan daerah sekitarnya. Sehingga proses perkembangannya terus berjalan sebagai proses untuk masa yang akan datang.
      5.      Proses Penyajian Kesenian Hadro pada Acara Mauludan
Pada  umumnya  setiap  kesenian  tradisional  dalam  penyajiannya mempunyai tata cara tersendiri. Hal ini berkaitan erat dengan kebiasaan serta adat istiadat  daerah  setempat.  Begitu  pula  dalam  kesenian  Hadro  yang  ada  di  Desa Bojong  Kecamatan  Bungbulang  Kabupaten  Garut,  dalam  penyajiannya mengalami tata cara tersendiri yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a.       Persiapan sebelum pertunjukkan
Berdasarkan  data  yang  dapat  peneliti  kumpulkan  di  lapangan,  diperoleh keterangan  bahwa  penyajian  kesenian  Hadro  pada  awalnya  hanya  dilakukan  di halaman  atau  di  dalam  rumah.  Dengan  kata  lain  belum  menggunakan  panggung. Namun  dengan  berkembangnya  zaman  dan  pola  pikir  masyarakat  melalui pengaruh yang datang dari luar, maka pertunjukan kesenian Hadro pun mengalami perubahan,  yang  semula  hanya  dilakukan  di  halaman  atau  di  dalam  rumah,  kini pertunjukan  kesenian  Hadro  bisa  dipertunjukan  di  atas  panggung.  Bahkan  sering  pula dipertunjukan dalam bentuk helaran atau arak-arakan.
Waktu  pertunjukan  kesenian  Hadro  tidak  terikat,  artinya  kesenian  Hadro bisa dipertunjukan pada pagi hari, sore hari, bahkan bisa pula dipertunjukan pada malam hari. Begitu pula lamanya pertunjukan tidak memiliki ukuran waktu yang baku,  dalam  arti  lama  tidaknya  pertunjukan  kesenian  Hadro  tergantung  dengan kebutuhan.  Seperti  yang  dikemukakan  oleh  Bapak  Hasanudin,  bahwa  lama pertunjukan  kesenian  Hadro  yang  dipimpinnya  ada  satu  jam,  dua  jam,  tiga  jam bahkan  adapula  yang  meminta  semalam  suntuk.  Ini  menunjukan  bahwa  lamanya pertunjukan  kesenian  Hadro  tergantung  pada  kebutuhan.  Kesenian  Hadro  pada acara  mauludun  ini  dipertunjukkan  di  sebuah  ruangan  GOR  Desa  Bojong  pada waktu siang hari dengan lamanya pertunjukkan 1 jam.
Sebelum  pertunjukan  kesenian  Hadro  dimulai,  biasanya  terlebih  dahulu mempersiapkan  segala  hal  yang  diperlukan.  Persiapan  tersebut  meliputi  alat  atau waditra pengiring, koreografi, tata rias dan busana.
      1.      Koreografi
Koreografi  dalam  kesenian  Hadro  bersumber  pada  gerak-gerak  pencak silat  yang  sudah  distilir.  Sehingga  gerak-gerak  yang  diperagakan  tersebut  tidak sama persis dengan gerak pencak silat yang aslinya.
     2.      Tata rias dan Busana
Tata  rias  berfungsi  untuk  memperkuat  ekspresi,  perwatakan  dan pembentukan wajah. Tetapi dalam hal ini tata rias yang digunakan dalam kesenian Hadro  tidak  terlalu  menonjol.  Bahkan  bisa  disebut  sangat  sederhana  sekali. Karena  tata  rias  yang  digunakan  adalah  tata  rias  yang  digunakan  adalah  tata  rias dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun busana yang dipakai dalam kesenian Hadro, yaitu:
  Iket
Kain yang berbentuk segitiga dengan cara pemakaiannya dililitkan terlebih dahulu  lalu  dipasangkan  di  kepala,  ikatannya  berbentuk  silang  atau  disebut  juga dengan sebutan iket parengkos nangka.
   Baju Kampret
Baju berlengan panjang dengan warna putih dan memiliki kancing tengah.
   Selendang
Kain  yang  panjangnya  kurang  lebih  satu  meter  berwarna  merah.  Cara pemakaian selendang dililitkan didepan dada pada baju warna putih.
   Celana Pangsi
Celana panjang yang menggunakan warna putih atau hitam.
      3.      Waditra Pengiring
Dalam suatu pertunjukan kesenian Hadro waditra pengiring menjadi unsur yang  penting  untuk  menghidupkan  suasana.  Pengertian  waditra  adalah  sebutan untuk  alat  musik  tradisional.  Adapun  waditra-waditra  yang  digunakan  dalam kesenian Hadro adalah:
      a.       Terebang
Menurut Kamus Bahasa Sunda, terebang nyaeta ngaran tatabeuhan make kulit saperti dog-dog ngan ceper, ilahar dipake mirig lalaguan make bahasa Arab atawa  pasantren  (LBSS,  1981:584),  artinya  terebang  adalah  nama  alat  musik yang  memakai  kulit  seperti  dog-dog  hanya  berbentuk  pipih,  biasanya  dipakai untuk mengiringi lagu-lagu dalam bahasa Arab atau lagu-lagu pesantren.
Terebang  yang  digunakan  dalam  kesenian  Hadro  jumlahnya  terdiri  dari empat  buah.  Keempat  buah  terebang  tersebut  mempunyai  nama  masing-masing yaitu:
      1.      Terebang Talingtit
Waditra  terkecil  yang  berperan  sebagai  pembawa  pangkat  pada  suatu pergelaran.
      2.      Terebang Kempring
Waditra  ini  berperan  untuk  menentukan  tempo,  cepat  atau  lambatnya permainan.
      3.      Terebang Kompeang
Waditra ini berperan sebagai jenglong  untuk mengiringi irama kempring.
      4.      Terebang Bangsing
Waditra ini berperan sebagai goong kecil atau kempul.
      b.      Bajidor
Bajidor  berbentuk  bulat  seperti  bedug  dengan  diameter  60  cm.  Cara pemakaiannya  dipukul  dengan  pemukul  khusus  yang  terbuat  dari  kayu.  Bajidor berfungsi  sebagai  alat  komando  untuk  mengawali  dan  mengakhiri  lagu  pada kesenian Hadro. 
      c.       Terompet
Tarompet berfungsi sebagai pembawa melodi, pemberi ornamen pada lagu dan  dapat  memperkuat  suasana  khas  dalam  pertunjukan  kesenian  Hadro.  Laras yang  digunakan  pada  waditra  tarompet    adalah  laras  salendro/nyalendro  dan laras mataraman.
b.      Jalannya Pertunjukkan
Setelah  melaksanakan  tahapan  persiapan  di  atas,  selanjutnya  sebagai  jalannya  penyajian  kesenian  Hadro  pada  acara  Mauludan  yang  dilaksanakan  di dalam  ruangan  diawali  dengan  masuknya  penari  kemudian  disusul  oleh  para penabuh sambil membawa alat musik masing-masing. Biasanya penari berjajar di depan, sedangkan para penabuh berada di belakang penari.
Lagu-lagu  kesenian  Hadro  yang  biasa  disajikan  pada  acara  mauludan  ini terdapat  delapan  lagu.  Lagu-lagu  tersebut  adalah  lagu  Bismillah,    Assalamu, Sholawat, Nawaetu, Taqoballah, Alfasallu, Hayu Badan dan lagu Sholu Robbuna.
Penyajian  lagu-lagu  pada  kesenian  Hadro  memiliki  urutan  yang  baku seperti pada urutan lagu-lagu diatas. Hal tersebut disesuaikan dengan makna syair yang  terkandung  dalam  lagu-lagu  tersebut.  Lagu-lagu  itu  dinyanyikan  oleh  para penabuh  terebang,  mereka  menggunakan  gaya  bernyanyi  seperti  orang  yang sedang  pupujian  di  mesjid  menjelang  waktu  sholat.  Pelaku  kesenian  Hadro tersebut  tidak  memfokuskan  pada  teknik  vocal,  tetapi  mereka  lebih mengedepankan makna dari syair lagu yang dibawakan.
Dari  delapan  lagu-lagu  tersebut  diantaranya  memiliki  melodi  yang  sama  yaitu  lagu Assalamu  dengan  lagu  Shalawat,dan  lagu  nawaetu.    Tetapi  syair  lagu yang  dibawakan    berbeda  dan  disajikan  secara  berulang-ulang  sesuai  dengan kebutuhan.
c.       Akhir Pertunjukkan
Setelah selesai menyajikan lagu-lagu, pertunjukan kesenian Hadro biasanya diakhiri  dengan  pembacaan  do’a  yang  dipimpin  oleh  pimpinan  rombongan.  Hal ini  dilakukan  sebagai  ucapan  syukur  pada  Allah  SWT  yang  telah  memberikan kelancaran dalam proses pertujukan.
    C.    Kesimpulan
Kesenian  Hadro  merupakan  kesenian  tradisional  bernuansa  Islam  yang tumbuh  dan  berkembang  di  Desa  Bojong  Kecamatan  Bungbulang  Kabupaten Garut sejak tahun 1917 hingga saat ini. Lahir dan berkembangnya kesenian Hadro tidak lepas dari tumbuh dan berkembangnya syiar agama Islam.
Pada mulanya kesenian ini berdiri sebagai media untuk penyebaran agama Islam.  Namun  pada  saat  ini  kesenian  Hadro  tidak  saja  sebagai  kesenian  untuk penyebaran  agama  Islam  tetapi  juga  sebagai  sarana  hiburan  bagi  masyarakat pendukungnya. Walaupun demikian, hal tersebut tidak merubah nilai-nilai estetika yang terdapat dalam kesenian Hadro. Karena dari dahulu hingga sampai sekarang, tidak  terjadi  perubahan  terhadap  melodi  dan  syair-syair  lagu  dalam  kesenian Hadro.
Syair-syair  lagu  yang  terdapat  pada  kesenian  Hadro  diambil  dari  sebuah kitab  yang  bernama  kitab  Al-Barjanji.  Makna  yang  terkandung  dari  lagu-lagu kesenian Hadro mengandung pesan tentang ajaran agama  Islam. Banyaknya lagu yang  disajikan  pada  acara mauludan  terdiri  dari  delapan  lagu  yaitu:  lagu Bismillah,  Assalamu,  Sholawat,  Nawaetu,  Taqoballahu,  Al-fasallu,  Hayu  Badan dan lagu Sollurobbuna. Lagu-lagu tersebut dibawakan oleh seorang penyanyi solo (ngahadi) dan kemudian diikuti secara rampak (saur).
Untuk  mengiringi  lagu-lagu  yang  disajikan  pada  kesenian  Hadro digunakan  empat  buah       waditra  terebang,  satu  buah  bajidor,  dan  satu  buah tarompet. Dari sekian banyak  waditra  yang digunakan dalam penyajian kesenian Hadro dapat disimpulkan bahwa: pola tabuh yang digunakan pada kesenian Hadro terdiri  dari  empat  pola  tabuh  yaitu:  pola  tabuh  Banten,  Cirebon,  Bingbruk,  dan Kincar.



Sumber :
Hidayana, Iip Sarip. 1997. Lagam Salawat Cirebon. Bandung: STSI Bandung.
Kurnia,  G  dan  Nalan,  A.  2003.  Deskripsi  Kesenian  Jawa  Barat.  Bandung: Disbudpar Jawa Barat dan Pusat Dinamika Pembangunan UNPAD.
LBSS. 1981. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Teratai.
Madja,  D.H.  Nurendah  Hamiddi.  1996.  Seni  Islami  sebagai  Media  Komunikasi. Buletin Kebudayaan Jawa Barat.
Poerwadarminta,  WJS.  1984.  Kamus  Umum  Bahasa  Indonesia.  Jakarta:  Balai Pustaka.
Soedarsono,  R.M.  1999.  Seni  Pertunjukan  Indonesia  di  Era  Globalisasi. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukrisnawanti,  Diah  dan  Samsuri  Jari.  1993.  Seni  Sebagai  Media  Pendidikan Islam.  Jakarta:  Lembaga  Pembinaan  dan  Pengembangan  Taman  Kanak-kanak Al-Qur’an Badan Komunikasi Pemuda Mesjid Indonesia.