Sabtu, 20 Oktober 2012

_Sebuah Kisah Dari Taman Bunga_

Kisah seekor siput yang tinggal dan menghabiskan sebagian besar waktunya duduk di bawah naungan mawar yang harum. “Ketika waktunya tiba, saya akan melakukan hal yang lebih daripada mawar besar,” kata siput.

“Sungguh?” tanya mawar. “Kapan itu terjadi dan apa yang bisa kita harapkan darimu?”


Tidak seperti kamu, aku tidak terburu-buru untuk mengungkapkan bakatku. Saya akan menujukkannya pelan-pelan.

“Seperti kau, siput kecil.”

Musim berubah, dan setelah periode tenang, taman hidup lagi di musim semi. Siput merangkak keluar dari cangkangnya dan membuat jalan ke semak mawar tersebut.

“Satu tahun lagi dan semuanya seperti itu sebelumnya, saya melihat ada perbaikan yang nyata. Saya berasumsi kita hanya akan mendapatkan lebih banyak dari kuntum mawarmu musim ini?

“Sungguh, siput. Saya tidak mengerti maksudmu.”

“Tentu saja tidak. Kau 'kan hanya tumbuh sebagai mawar.”

“Itulah yang mawar lakukan.”

“Tapi kuncupmu sama setiap tahun. Tidak ada perubahan warna atau ukuran. Tidakkah berpikir untuk menjadi sesuatu yang lebih?”

“Saya kira saya tidak benar-benar berpikir tentang sesuatu yang lebih sama sekali. Saya hanya melakukannya. Saya mengeluarkan tunas bagi orang-orang yang menikmati. Tapi kau ... kau pemikir. Apa yang kau rencanakan untuk kau berikan pada dunia melalui pemikiranmu?

“Berikan kepada dunia? Saya kira tidak. Saya pikir ini tentang pertumbuhan diri pribadi saya.”

“Apa gunanya tumbuh jika kau tidak berbagi dengan orang lain?” kata mawar tersebut. “Setidaknya orang menikmati bunga saya. Seorang wanita menaruh mawar pertamanya dalam buku nyanyiannya. Beberapa anak mengumpulkan kelopak saya untuk digunakan dalam pernikahan.”

“Dan apa yang membuatmu istimewa?” siput mempertanyakan. “Aku enggak lihat bagaimana istimewanya.”

“Siput, mari kita lanjutkan hidup,” saran mawar tersebut. “Percakapan ini membingungkan saya.”

Lagi, musim datang dan pergi. Mawar terus mekar seperti yang selalu dilakukannya – berbagi bunga dengan dunia karena tidak tahu lagi apa yang bisa dilakukannya. Sementara siput terus hidup menyendiri dalam cangkangnya – berpikir, mengkritik, dan tidak pernah bertualang di luar taman.

Jika diberi pilihan, apakah Anda lebih suka menjadi mawar atau siput?

Anjing yang Pintar

Pada suatu ketika Jalaluddin Rumi sedang berjalan-jalan sendirian, dan berhenti serta memperhatikan di dekat segerombolan anjing yang sedang bermalas-malasan, istirahat dan berbaring di hamparan tanah berpasir. Ada seseorang yang mendekatinya sambil berkata.. "Lihatlah anjing-anjing ini.. betapa rukun dan damainya mereka terhadap satu sama lainnya.. sedang kita sebagai manusia..?" Mendengar perkataan tersebut Jalaluddin Rumi menanggapinya.. "Sesungguhnya memang demikianlah anjing-anjing itu berbaring dan beristirahat dengan damai sekarang.. tetapi cobalah kita lemparkan sebatang tulang ke tengah mereka.. tunggu dan lihatlah.. keributan akan muncul merusak kerukunan yang kau kagumi tadi.. Demikianlah pula halnya manusia.. di kalangan manusia, selama tidak ada sifat egois diantara dua orang dan keinginan menggapai harta duniawi yang tidak mengganggu mereka, maka mereka bisa menjadi sahabat.. tetapi jika kerakusan.. ketamakan akan harta dunia ada di antara mereka.. pertikaianpun akan muncul dan merusak kedamaian.. pertikaian mereka akan lebih buruk dari pertikaian anjing-anjing tadi.."

 NB:Jalaluddin Rumi.. seorang tokoh sufi yang kehidupannya sangat melegenda dengan ajaran-ajaran serta kumpulan matsnawinya.. Dialog tadi salah satu ajarannya.. bisa menjadi bahan untuk perenungan tentang tingkah polah kita dalam upaya mencukupi kebutuhan hidup. Yaa.. dan Adam Smith, Bapak Ekonomi Dunia pernah mengatakan.. Tak ada seekor anjing pun yang secara sadar mau tukar menukar tulang dengan temannya.. karena anjing bukan homo economicus.. perumpamaan koruptor itu ya mirip anjing yang rakus tadi, bukan homo economicus.."

Selasa, 09 Oktober 2012

Charles Ives..

Banyak sekali orang yang ketika mendengar karya Charles Ives, dengan spontan berkata begini : " ini musik apaan? " atau " ini kok latihan terus lah kapan mainnya? "

Charles Ives dalam music history digolongkan kedalam tokoh yang membawa arus modern terutama bagi perkembangan musik di Amerika. Beberapa kritikus musik bahkan menyebut Charles Ives sebagai seorang modernist dalam musik. Meski demikian namanya sangat tidak tenar dibanding Schoenberg atau John Cage misalnya.

Konsep yang dianggap revolusioner dari Charles Ives adalah QUARTER TONES. Secara telaah teoritik, quarter tones sebetulnya adalah 4 nada yang jarak intervalnya separo lebih kecil dari semitone. Kelak kemudian hari, sampai hari ini, quarter tones dari Charles Ives turut mewarnai perkembangan harmoni cluster dan interval micro dalam musik klasik modern. Tentu banyak yang bertanya. Lah interval separonya separo tuh mainnya gimana? Kalo untuk violin dan trumpet sangat dimungkinkan. Kalou piano ya laras ulang lah kok repot amat.

Dari sepenggal paparan Charles Ives ada semburat makna yang nampaknya bijak bila kita permenungkan. Bahwa sebuah modernisasi seringkali terasa aneh. Strange even weird :)

Arnold Schoenberg..


Arnold Schoenberg. Pribadinya sederhana, tidak menarik namun memiliki geniusitas luar biasa. Schoenberg lah yang mengemukakan konsep DUODEKATONIK. Tangganada dengan 12 nada.
Awalnya konsep ini dilatari oleh kegemaran Schoenberg mengutak atik kromatisme alla Gustav Mahler.

Duodekatonik sebetulnya adalah sebuah sistem tonalitas.
Di kemudian hari, duodekatonik di golongkan ke dalam serialisme. Apa maksudnya? Tangga nada duodekatonik tidak bisa di explore seleluasa diatonic sebagaimana yang umum dikenal. Komposisi dengan materi duodekatonik harus disusun dengan urutan dan rumus tertentu. Itulah kenapa disebut sebagai serialisme. Konsep Schoenberg di kemudian hari diikuti oleh Alban Berg dan Anton von Webern.

Dalam perkembangannya.duodekatonik dipakai sebagai materi musik klasik kontemporer dan juga free jazz. Di Indonesia, Krakatau Band dan almarhum Harry Rusli pernah mengeksplorasi teknik ini.

Dari kisah Schoenberg ini ada sedikit semburat permenungan. Bahwa musik klasik dapat menjadi pemicu inspirasi yang luar biasa. Sampai pada tatanan sebuah revolusi konsep komposisi musik.



Dodecaphonic atau 12 nada. Pada gambar dapat dilihat bahwa 12nada itu misalnya dipilih sebagaimana dalam jalur PRIME. Nampak sangat jelas bahwa dua belas nada itu sama sekali TIDAK WHOLE TONE. Bahkan sarat dengan semitone dan kromatis. Kemudian materi pokok tersebut diolah dengan seri tertentu. Tidak seperti diatonik yg pengolahannya lebih leluasa. Diantara pengolahan dodecaphonic adalah inversi berdasarkan interval. Dan retrograde atau dibaca dari belakang.

Jumat, 05 Oktober 2012

Modal Sosial..

Alkisah di Negara Mexico, ada seorang petani sederhana yang bernama Lencho, yang frustasi setelah tanaman jagung dan kacangnya hancur diporak-porandakan badai. Pada suatu hari, karena pikirannya sudah buntu dan tidak tahu mau minta pertolongan kepada siapa, Lencho menulis surat kepada Tuhan. Ya, kepada Tuhan.. karena baginya hanya Tuhan-lah yang bisa menolongnya dari bahaya kelaparan.

Isi surat Lencho: "Tuhan.. badai telah menghancurkan ladang kami. Jika Engkau tidak menolong kami, keluarga kami akan kelaparan tahun ini. Kami membutuhkan modal uang 100 peso, agar kami bisa menanami ladang kami kembali dan menyambung hidup kami sampai datangnya musim panen.." Surat itu oleh Lencho dimasukkan kedalam amplop, dan ditulisnya di atas amplop tersebut 'Kepada Tuhan'. Dibawanya surat itu ke kantor pos.

Pada saat tukang pos menyortir surat, ia merasa heran melihat surat Lencho. Ketika dibukanya surat tersebut, meledaklah tawa tukang pos. Hal ini menarik perhatian teman-temannya, dan menimbulkan "kehebohan" di kantor pos. Pagi itu kantor pos penuh dengan gelak tawa karena selama karir mereka sebagai tukang pos baru kali ini mereka menemukan surat aneh. Mereka pun tidak tahu dimana alamat Tuhan. Mendengar keributan di kantornya, Kepala Pos menjelaskan kepada bawahannya untuk tidak menertawakan si pengirim surat. Mungkin si pengirim surat adalah orang yang tebal imannya kepada Tuhan. Kepala Kantor Pos yang baik hati ini mengajak semua pegawai bawahannya untuk membalas surat aneh tersebut dan membantunya. Masing-masing diminta secara sukarela menyumbangkan uangnya. Dalam kondisi yang sulit seperti saat itu, ternyata keinginan Lencho tidak terpenuhi, yang terkumpul hanya 70 peso. Dalam benak mereka, jumlah tersebut lumayan untuk menghibur orang yang sedang tertimpa musibah, yang berpikiran buntu, yang kebingungan, dan tidak bisa menemukan jalan keluar.

Beberapa hari kemudian Lencho datang lagi ke kantor pos dan menanyakan kepada tukang pos apakah balasan dan kiriman uang dari Tuhan sudah sampai. Para tukang pos memperhatikan iba, bercampur perasaan bangga dan puas karena mereka bisa membantu. "Balasan dari Tuhan" pun disampaikan kepada Lencho.

Tidak tampak sedikit pun keheranan terpancar dari muka Lencho. Lencho begitu yakin akan kemurahan Tuhan, Tuhan pasti akan mengirim 100 peso seperti permintaannya. Dengan gembira dibukanya surat itu, dibacanya "balasan dari Tuhan". Raut muka Lencho berubah, terlihat berkerut-merut. Sambil menggeleng-gelengkan kepala, diusap-usapkannya tangan kanannya ke dada.

Kemudian Lencho menulis lagi surat Buat Tuhan, dimasukkan kedalam amplop, dituliskannya di atas amplop itu "Kepada Tuhan", dan dimasukkannya kedalam kotak pos. Kemudian Lencho bergegas pulang kerumah sambil menunduk serta menggeleng-gelengkan kepalanya terus-menerus tanda ada yang kurang berkenan dihatinya.

Sepulang Lencho, Kepala Kantor Pos yang merasa bangga telah bisa beramal saleh itu bergegas mengambil surat Lencho. Ia ingin mengetahui apa lagi yang ditulis Lencho kepada Tuhan. Dibukanya surat itu, dibacanya keras-keras di hadapan anak buahnya, "Tuhan.. dari jumlah 100 peso yang kami minta, . ternyata hanya 70 peso yang sampai kepada kami.. Ya Tuhan.. segera kirimkan kekurangannya.. sebab kami sangat memerlukan.. Tapi ingat ya Tuhan, jangan Engkau kirim melalui pos.. karena semua pegawai pos bajingan..! Berani-beraninya mereka menyunat kirimanmu..!"

(Cerita tadi bersumber dari cerpennya Gregory Lopezy Fuentes yang berjudul Surat Buat Tuhan.. Cerpen ini menggambarkan keluguan sekaligus sikap apatisme kaum petani di Mexico.. petani yang sudah tidak percaya lagi kepada lingkungan tetangganya, teman-temannya, sanak-saudaranya, pemimpinnya, dan pemerintahnya..!)

Mengenang Ibu..

Konon pada suatu desa terpencil hidup sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak gadis muda yang naif...!
Pada suatu hari sang anak bertanya pada ibunya: "Ibu.. mengapa aku dilahirkan sebagai wanita...?"
Ibu menjawab: "Karena ibu lebih kuat dari ayah..!"
Anak terdiam dan berkata: "Kenapa jadi begitu..?"
Sang anak pun bertanya kepada ayahnya: "Ayah.. kenapa ibu lebih kuat dari ayah..?"
Ayah pun menjawab: "Karena ibumu seorang wanita..!!!"
Sang anak kembali terdiam.
Ia pun kembali bertanya: "Ayah.. apakah aku lebih kuat dari ayah...?"
Ayah pun kembali menjawab: "Ya... kau adalah yang terkuat..!"
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerutkan dahinya.
Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan lain: "Ayah.. apakah aku lebih kuat dari ibu..?"
Ayah kembali menjawab: "Ya.. kaulah yang terhebat dan terkuat!"
Sang anak kembali melontarkan pertanyaan: "Kenapa ayah.. kenapa aku yang terkuat..?"
Ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan: "Karena engkau adalah buah dari cintanya..! Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam.. cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu..! Kau adalah segalanya buat kami.. tangismu adalah mata kami.. dan cintamu adalah cinta kami.."
Sang anak kembali bertanya: "Apa itu cinta, Ayah..? Apa itu cinta, Ibu..?"
Ayah dan ibunya tersenyum. Mereka kemudian menjawab: "Kau.. kau adalah cinta kami, Sayang.."

NB:: Cerita ini diolah dari puisi Kahlil Gibran yang berjudul Tanya Anak