Jumat, 09 November 2012


Suatu hari seorang lelaki berjalan tak tentu arah di jalanan sepi dan kakinya terantuk sesuatu.
Ia membungkuk dan menggerutu kecewa. "Uh, hanya sebuah koin kuno y
ang sudah penyok"
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank.
"Sebaiknya koin ini dibawa ke kolektor uang kuno", kata teller itu memberi saran. Lelaki itu membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai 30$. Lelaki itu begitu senang. Saat melewati toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga 30$ untuk membuat rak untuk istrinya. Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemarinya seharga 100$ untuk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia pinjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita melihat lemari yang indah itu dan menawarnya dengan harga 200$. Lelaki itu ragu-ragu. Si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250$. Lelaki itupun setuju dan mengembalikan gerobaknya. Saat sampai di pintu desa, ia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250$. Tiba-tiba seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, MERAMPAS SEMUA UANG itu, lalu melarikan diri. Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya bertanya,"Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?" Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata "Oh, BUKAN APA-APA. Hanya SEBUAH KOIN PENYOK yg kutemukan tadi pagi." Demikianlah Allah mengatur hak-hak kita. Bila kita sadar kita tidak pernah benar-benar memiliki apa pun, kenapa saat kehilangan kita harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Seharusnya kita bersyukur karena sudah diijinkan menggunakan dan menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar