Jumat, 09 November 2012


Sebuah kisah inspiratif terjadi di propinsi Ciang Si, Kota Nan Chang tahun 1938.

Saat itu masa peperangan dimana Ciang Kai Sek menjabat sebagai komandan laskar di Nan Chang.
Di waktu luang, banyak tentara berbelanja keperluan sehari-hari. Saat itu mata uang yang digunakan adalah Yen.
Kaum wanita berusia lanjut dan lemah berjajaran di sepanjang jalan menjual handuk dan kaos kaki untuk keperluan tentara.
Suatu hari seorang nenek menangis terisak-isak. Rupanya seseorang telah membeli banyak sekali dagangannya dengan kepingan uang Yen palsu. Ketika nenek itu sadar uang itu palsu, si pembeli sudah lenyap entah kemana.
Kebetulan lewat seorang tentara yang baru gajian. Melihat sang nenek sangat sedih, ia menghiburnya.
“Tak usah sedih Nek, gaji saya cukup. Tukarkan uang palsumu kepada saya sebagai kenang-kenangan. Nah, ini ambillah. Semoga dapat menjadi modal usahamu kelak.”
“Mana boleh? Mana mungkin saya menerima, sementara anda yang mengorbankan uangmu”, Si Nenek bersikeras tidak mau menerima tawaran si tentara. Tapi karena tak tega menolak ketulusannya, akhirnya ia menerima juga dengan ucapan terima kasih yang mendalam.

Selang beberapa bulan si Tentara berdinas kembali ke kota Nan Chang dan mencari Nenek yang malang itu. Dia berkata bahwa kepingan Yen palsu itu telah menyelamatkan nyawanya.

Ceritanya ketika dia berada di barisan depan dalam medan pertempuran, tiba-tiba sebuah peluru menghantam dadanya. “Tamat sudah kali ini,” pikirnya hingga pingsan karena ketakutan.

Tapi begitu mata dibuka, sakitnya tidak terasa. Dirabanya tapi tak ada darah sedikitpun. Waktu menyentuh kepingan logam yang berada di kantong kirinya ternyata kepingan uang Yen palsu itu sudah cekung oleh peluru.
Siapa bilang perbuatan baik dan jahat tiada akibatnya?
Hanya karena waktu belum matang, hingga benih kebaikan yang ditabur belumlah berbuah.
Inilah salah satu kesaksian betapa pentingnya memupuk kebajikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar