Minggu, 18 April 2010

Kajian Musik Kanak-Kanak ..


Prihatin Calon Generasi Muda Sekarang

Mungkin kita pernah mendengar lirik salah satu lagu hit yang dibawakan oleh Matta seperti di bawah ini :
O oo… kamu ketahuan, pacaran lagi
Dengan dirinya, teman baikku
Tapi tak mengapa aku tak heran
Karena dirimu cinta sesaatku
Atau lirik lagu “Makhluk Tuhan Paling Sexy” dari Mulan Jameela yang sekarang lagi ngetren :
Otakmu sexy, itu terbukti
Dari caramu memikirkan aku
Matamu sexy, itu terbukti
Dari caramu menatap aku
Ah… ku seperti ada di dalam penjara cintamu
Dan masih banyak lirik lagu yang pernah ngetren yang beredar di pasaran yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu karena saking banyaknya.
Saya tidak akan berbicara tentang siapa yang menciptakan lagu itu atau siapa yang menyanyikan lagu itu karena mungkin tidak terlalu menarik bagi saya. Yang lebih menarik barangkali kalau lagu tersebut dinyanyikan oleh seorang anak yang baru kelas 1 SD seperti tetangga sebelah rumah saya. Anak yang baru berumur sekitar 6-7 tahunan itu sudah terbiasa menyanyikan lagu-lagu itu. Dengan begitu entengnya dia menyuarakan lagu tersebut dengan suara lantang. Dari awal lagu hingga dengan akhir lagu, walaupun masih dengan suara polos. Dari irama yang dibawakannya nampaklah bahwa dia begitu hafal dengan lirik lagu itu. Hebatnya lagi, dia lebih hafal daripada saya walaupun sebenarnya saya mantan gitaris band yang dulu sudah biasa membawakan lagu-lagu seperti itu. Apalagi kalau ada acara musik di salah satu stasiun televisi. Dia tidak akan pernah ketinggalan untuk menonton. Bahkan tidak jarang dia ikut bernyanyi dengan suara yang lebih keras hingga terdengar dari rumah saya.
Yang menjadi pertanyaan, banggakah kita sebagai orang tua/pembimbing jika mempunyai anak seperti itu? Atau justru sebaliknya? Berbagai pendapat mungkin berbeda-beda. Tapi kalau saya lihat dari sisi yang lain, justru saya merasa prihatin dengan kemampuan anak itu. Prihatin dalam arti, anak seusia dia sebenarnya belum pantas untuk menyanyikan lagu-lagu itu. Lagu-lagu itu hanya pantas untuk dinyanyikan oleh anak remaja seusia anak SMA. Anak seusia dia sebenarnya masih dalam proses pembentukan akhlak. Dia mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar. Biasanya, dia ingin mempraktekkan segala sesuai yang pernah dia lihat. Seperti dalam kasus anak kecil yang melompat dari lantai 2 karena menirukan aksi superman. Jiwa mereka masih labil dan perlu ditanamkan budi pekerti yang luhur agar kelak menjadi generasi muda yang berguna.
Memang tak bisa dipungkiri, bahwa anak-anak jaman dulu sangat jauh berbeda dengan anak-anak jaman sekarang. Pada saat saya masih kelas 1 SD dulu, saya belum mengenal lagu-lagu semacam ini. Lagu-lagu yang saya nyanyikan pun hanya sebatas lagu-lagu yang diajarkan oleh guru-guru di sekolah, seperti lagu Garuda Pancasila, Padamu Negeri, dan lain-lain. Itu harus dihafalkan, dan belum mengenal lagu-lagu untuk kalangan remaja. Berbeda dengan anak-anak jaman sekarang. Mereka kurang hafal dengan lagu-lagu yang diajarkan di sekolah, tapi justru lebih hafal dengan lagu-lagu kalangan remaja. Sungguh ironis. Terus, bagaimana dengan nasib negara kita dalam beberapa puluh tahun lagi kalau mempunyai calon generasi muda yang seperti ini? Bagaimana dengan sikap nasionalismenya? Apakah berani mengorbankan jiwa dan raga demi membela nusa dan bangsa? Tentunya, waktulah kelak yang akan menjawab.

Saya yakin anda semua pernah nonton show Idola Cilik di RCTI. Sebuah ajang pencarian bakat level anak-anak yang masih cilik-cilik banget. Walaupun masih anak-anak tapi skill dan kemampuan mereka mampu membuat saya betah nonton acara tersebut jika secara tak sengaja remote tivi terarahkan ke show tersebut. Hebat dan mengagumkan! Sehingga diam-diam pun saya menjagokan salah satu dari peserta tersebut walaupun tidak rutin menyaksikan acara tersebut.

Acara yang dipandu oleh Oky Lukman ini meniru sistem show-show pencarian bakat lainnya yang udah lebih dulu mucul seperti AFI dan Indonesian Idol dimana setiap minggunya bakal ada peserta yang tersingkir jika polling smsnya paling rendah daripada peserta lainnya. Sehingga ada suasana kompetisi yang sangat bagus dimana para peserta otomatis akan selalu berusaha menarik simpati penonton dengan tampil sebagus-bagusnya. Persaingan yang sehat tanpa harus kehilangan rasa persahatan antar peserta. Paling tidak itu yang tergambar dilayar kaca. Sebuah pelajaran yang bagus untuk ditanamkan sejak dini. Saya acungi jempol buat Idola Cilik!
Tapi…(ada ‘tapi’-nya nih) ada satu hal yang membuat saya miris dan tidak tega ketika anak-anak tersebut mampu menyanyikan dengan sangat memukau lagu-lagu band-band Indonesia terkini yang nota bene bercerita tentang percintaan muda-mudi dan sejenisnya. Lagu yang berceritakan kehidupan manusia yang umurnya jauh di atas mereka. Kehidupan remaja dan orang dewasa. Tak satupun peserta yang membawakan lagu-lagu anak-anak yang sesuai dengan umur mereka. Tak satupun! Itu yang saya saksikan lo! Padahal sebenarnya stok lagu anak-anak juga banyak dan kita tidak kekurangan. Walaupun beberapa tahun terakhir bisa dikatakan tidak ada lagi penyanyi anak-anak yang muncul dengan album anak-anaknya. Tapi itu bukan alasan dong mengorbankan anak-anak Indonesia dan memaksa mereka menjadi dewasa lewat lirik-lirik lagu.
Flashback, dulu, kita pernah mengenal Melissa dengan Abang Tukang Bakso-nya, Tri Kwek-Kwek, Bondan Prakoso dengan Si Lumba-Lumba, Joshua dengan Air (Diobok-obok), Agnes Monica dan lagu Semut yang dinyanyikan oleh Enno Lerian! Silih berganti bermunculan. Selain itu kita juga mengenal beberapa pencipta lagu anak-anak seperti Papa T. Bob dan lainnya. Sehingga anak-anak punya pilihan untuk mengidolakan dan menyukai musik dari penyanyi yang seumuran Mereka tumbuh dan kembang dengan backsound yang sesuai. Lagu-lagu yang mengajarkan tentang kebersihan, rajin belajar, persahabatan, dan lainnya.
Tapi sekarang? Kok gak ada lagi ya?
Nah! Jangan heran kalo sekarang Peterpan, Ungu, D’Masiv, Jamrud, dan sebagainya menjadi idola anak-anak usia Sekolah Dasar. Lirik-lirik lagu percintaan band-band papan atas tersebut akrab meluncur dari lidah adik-adik kecil kita. Bahkan lagu Aura Kasih “Mari Bercinta” pun fasih di mulut mereka. Tragis kan?
Kembali ke Idola Cilik! Akan lebih baik lagi jika di acara yang sangat bagus itu anak-anak diminta menampilkan kemampuan olah vokal dan seninya dengan membawakan lagu-lagu yang sesuai dengan usia mereka. Sangat tidak bijak jika hanya untuk alasan komersil semata memperkosa hak-hak anak untuk berkesenian dengan mencekoki mereka dengan dunia orang dewasa. Bagaimana solusinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar