Arnold Schoenberg. Pribadinya sederhana, tidak menarik namun memiliki geniusitas luar
biasa. Schoenberg lah yang mengemukakan konsep
DUODEKATONIK. Tangganada dengan 12
nada.
Awalnya konsep ini
dilatari oleh kegemaran Schoenberg mengutak atik kromatisme alla Gustav Mahler.
Duodekatonik sebetulnya adalah sebuah sistem tonalitas. Di kemudian hari, duodekatonik di golongkan
ke dalam serialisme. Apa maksudnya? Tangga nada duodekatonik tidak bisa di explore seleluasa diatonic
sebagaimana yang umum dikenal. Komposisi dengan
materi duodekatonik harus disusun dengan urutan dan rumus tertentu. Itulah kenapa disebut sebagai serialisme. Konsep Schoenberg di kemudian hari diikuti oleh Alban Berg dan Anton
von Webern.
Dalam perkembangannya.duodekatonik dipakai sebagai
materi musik klasik kontemporer dan juga free jazz. Di Indonesia, Krakatau Band
dan almarhum Harry Rusli pernah mengeksplorasi teknik ini.
Dari kisah Schoenberg ini ada sedikit semburat
permenungan. Bahwa musik klasik dapat menjadi pemicu inspirasi yang luar
biasa. Sampai pada tatanan sebuah revolusi konsep komposisi musik.
Dodecaphonic atau 12 nada. Pada gambar dapat dilihat
bahwa 12nada itu misalnya dipilih sebagaimana dalam jalur PRIME. Nampak sangat
jelas bahwa dua belas nada itu sama sekali TIDAK WHOLE TONE. Bahkan sarat dengan
semitone dan kromatis. Kemudian materi pokok tersebut diolah dengan seri
tertentu. Tidak seperti diatonik yg pengolahannya lebih leluasa. Diantara
pengolahan dodecaphonic adalah inversi berdasarkan interval. Dan retrograde atau
dibaca dari belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar