Jumat, 05 Oktober 2012

Modal Sosial..

Alkisah di Negara Mexico, ada seorang petani sederhana yang bernama Lencho, yang frustasi setelah tanaman jagung dan kacangnya hancur diporak-porandakan badai. Pada suatu hari, karena pikirannya sudah buntu dan tidak tahu mau minta pertolongan kepada siapa, Lencho menulis surat kepada Tuhan. Ya, kepada Tuhan.. karena baginya hanya Tuhan-lah yang bisa menolongnya dari bahaya kelaparan.

Isi surat Lencho: "Tuhan.. badai telah menghancurkan ladang kami. Jika Engkau tidak menolong kami, keluarga kami akan kelaparan tahun ini. Kami membutuhkan modal uang 100 peso, agar kami bisa menanami ladang kami kembali dan menyambung hidup kami sampai datangnya musim panen.." Surat itu oleh Lencho dimasukkan kedalam amplop, dan ditulisnya di atas amplop tersebut 'Kepada Tuhan'. Dibawanya surat itu ke kantor pos.

Pada saat tukang pos menyortir surat, ia merasa heran melihat surat Lencho. Ketika dibukanya surat tersebut, meledaklah tawa tukang pos. Hal ini menarik perhatian teman-temannya, dan menimbulkan "kehebohan" di kantor pos. Pagi itu kantor pos penuh dengan gelak tawa karena selama karir mereka sebagai tukang pos baru kali ini mereka menemukan surat aneh. Mereka pun tidak tahu dimana alamat Tuhan. Mendengar keributan di kantornya, Kepala Pos menjelaskan kepada bawahannya untuk tidak menertawakan si pengirim surat. Mungkin si pengirim surat adalah orang yang tebal imannya kepada Tuhan. Kepala Kantor Pos yang baik hati ini mengajak semua pegawai bawahannya untuk membalas surat aneh tersebut dan membantunya. Masing-masing diminta secara sukarela menyumbangkan uangnya. Dalam kondisi yang sulit seperti saat itu, ternyata keinginan Lencho tidak terpenuhi, yang terkumpul hanya 70 peso. Dalam benak mereka, jumlah tersebut lumayan untuk menghibur orang yang sedang tertimpa musibah, yang berpikiran buntu, yang kebingungan, dan tidak bisa menemukan jalan keluar.

Beberapa hari kemudian Lencho datang lagi ke kantor pos dan menanyakan kepada tukang pos apakah balasan dan kiriman uang dari Tuhan sudah sampai. Para tukang pos memperhatikan iba, bercampur perasaan bangga dan puas karena mereka bisa membantu. "Balasan dari Tuhan" pun disampaikan kepada Lencho.

Tidak tampak sedikit pun keheranan terpancar dari muka Lencho. Lencho begitu yakin akan kemurahan Tuhan, Tuhan pasti akan mengirim 100 peso seperti permintaannya. Dengan gembira dibukanya surat itu, dibacanya "balasan dari Tuhan". Raut muka Lencho berubah, terlihat berkerut-merut. Sambil menggeleng-gelengkan kepala, diusap-usapkannya tangan kanannya ke dada.

Kemudian Lencho menulis lagi surat Buat Tuhan, dimasukkan kedalam amplop, dituliskannya di atas amplop itu "Kepada Tuhan", dan dimasukkannya kedalam kotak pos. Kemudian Lencho bergegas pulang kerumah sambil menunduk serta menggeleng-gelengkan kepalanya terus-menerus tanda ada yang kurang berkenan dihatinya.

Sepulang Lencho, Kepala Kantor Pos yang merasa bangga telah bisa beramal saleh itu bergegas mengambil surat Lencho. Ia ingin mengetahui apa lagi yang ditulis Lencho kepada Tuhan. Dibukanya surat itu, dibacanya keras-keras di hadapan anak buahnya, "Tuhan.. dari jumlah 100 peso yang kami minta, . ternyata hanya 70 peso yang sampai kepada kami.. Ya Tuhan.. segera kirimkan kekurangannya.. sebab kami sangat memerlukan.. Tapi ingat ya Tuhan, jangan Engkau kirim melalui pos.. karena semua pegawai pos bajingan..! Berani-beraninya mereka menyunat kirimanmu..!"

(Cerita tadi bersumber dari cerpennya Gregory Lopezy Fuentes yang berjudul Surat Buat Tuhan.. Cerpen ini menggambarkan keluguan sekaligus sikap apatisme kaum petani di Mexico.. petani yang sudah tidak percaya lagi kepada lingkungan tetangganya, teman-temannya, sanak-saudaranya, pemimpinnya, dan pemerintahnya..!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar