Mandela di penjara selama 18 tahun oleh lawan politiknya, ia dituduh
dengan dakwaan palsu dan penuh rekayasa.
Ketika Mandela keluar dari penjara dan kemudian berhasil menjadi
presiden Afsel, dia tidak dikuasai kebencian dan niat untuk balas dendam
terhadap lawan-lawan politiknya yang dulu memenjarakannya. Mandela bahkan
menolak usul dari panglima tentaranya untuk menangkap lawan-lawan politiknya. Mandela
mengajarkan bagaimana membalas kejahatan dengan kebaikan dan kebencian dengan
kasih.
Apa yang kita lakukan
ketika kita sudah begitu dilukai oleh seseorang dan kini kita memiliki
kesempatan untuk balas dendam? Mampukah kita mengampuni? Seberapa luas dan
lapang ukuran hati kita?
Jika kita ingin menjadi
besar, kita harus memiliki hati dan jiwa yang besar. Ini ditunjukkan melalui
sikap kita yang mau mengampuni orang-orang yang telah menyakiti kita.
Paul
Boose berkata dengan sangat bijak mengenai pengampunan:”Memaafkan memang tidak
bisa mengubah apa yang sudah terjadi di masa lalu, namun akan melapangkan jalan
kita ke masa depan.”
Kebencian dan sikap tidak mau mengampuni,
sebenarnya sedang menutup jalan untuk masa depan kita sendiri, dan menutup
pintu berkat kita. Ketika kita mengampuni, kita sedang membuka jalan yang
lapang untuk masa depan kita dan terutama sedang membuka keran pengampunan dari
Tuhan atas segala dosa dan kesalahan kita sendiri.
Orang yang paling diuntungkan ketika kita
mengampuni adalah diri kita sendiri, bukan orang yang kita ampuni tersebut.
“Pengampunan
adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada diri kita sendiri..”
Jadilah seperti pohon mangga yang tumbuh subur dan berbuah banyak dipinggir jalan raya, walau dilempar dengan batu tapi dibalas dengan buah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar